TONDANO, identitasnews.id – Universitas Negeri Manado (Unima) adalah lambang kebanggaan pendidikan di Sulawesi Utara. Universitas yang berdiri kokoh di Tondano Selatan Minahasa, kini terkoyak, laksana puting beliung menerjang kampus yang memiliki ribuan mahasiswa yang menumpahkan mimpi demi masa depan yang cemerlang.
Padahal disini ribuan anak muda pertaruhkan mimpi. Mencoba bertahan sekuat tenaga melawan arus namun tekanan, agar bisa menjadi generasi emas. Generasi yang diharapkan mampu membawa negeri ini lebih maju dan siap bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia.
Kini mimpi itu telah hilang, lenyap ditelan keganasan predator perampas masa depan dan harga diri mahasiswi ceria yang ingin membanggakan orang tua dan negeri ini.
Evia Maria Mangolo, nama mahasiswi itu, yang ditemukan tak bernyawa di kos dekat kampus Unima di Tomohon. Wargapun gempar, seolah tak percaya, gadis yang lugu dan ceria, harus meregang nyawa akibat kesombongan dan keangkuhan yang di duga dilakukan sang dosen berinisial DM, alias Denny.
Unima, kini terkoyak bukan karena prestasi yang merosot, namun karena ulah sang dosen “gatal” yang menjadi predator bagi mahasiswi yang duduk di semester akhir Fakultas Pendidikan. Bukan hanya membunuh masa depan, namun menghapus nama mahasiswi itu di dunia.
Sangat disesalkan, Unima harusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi generasi muda untuk menimba ilmu, namun Unima berubah bak neraka yang menghancurkan mimpi dan masa depan generasi emas.
Padahal Unima, terus berbenah, pasca terpilih rektor yang baru. Unima, kemudian membangun mimpi di tengah berjubelnya persoalan yang membelenggu.
Hari ini Unima bak menyongsong mimpi, oleh karena tragedi yang memalukan dan mencederai nama besar kampus biru itu. Sayap optimis, patah dan terkoyak bagaikan disambar petir di siang bolong.
Evia Maria Mangolo, mahasiswi yang ingin menata masa depan, ditengah sukarnya mencari pekerjaan, terjebak oleh ulah gatal sang Dosen. Tak kuasa menahan noda dan malu, sang harapan keluarga itupun mengakhiri hidup dengan tragis.
“Dimanakah hatimu dosen bejat. Kenapa kau rampas masa depannya, kenapa hidupnya seolah kaum ambil. Sementara sejuta harapan orang tua ditumpukkan padanya,” tulis, sejumlah netisen, di berbagai postingan FB yang kini viral.
Sang Rektor pun berupaya menghadapi masalah dengan berani. Sebongkah bukti kekejaman yang diduga dilakukan sang dosen, sepertinya tak mampu membalut luka malu Kampus Biru Unima.
Namun kata sang Rektor, pasti akan ada sanksi tegas yang akan diberikan kepada sang dosen, jika terbukti bersalah.
Kata yang seolah ingin menebar jawaban, namun terkesan kaku, di tengah masyarakat. Padahal bukti terus bertebaran di serambi media sosial.
“Apalagi yang kau mau Rektor. Apakah tak cukup bukti yang mengharuskan Kau bersikap tegas kepada dosen bejat tersebut. Ok, asas praduga tak bersalah tetap di kedepankan. Namun Evia telah pergi meninggalkan kita. Kejujuran harus digali dalam-dalam, biarkan dia mengaku dengan sendirinya bukan karena paksaan, ” pinta netisen.
Unima, harus kembali berbenah. Luka amat sakit di penghujung tahun 2025, harus di balut dan disembuhkan, jika Unima masih mau menerima rasa hormat dan percaya masyarakat.
Tidak perlu lagi beralasan tidak ada laporan dimeja pimpinan. Dan jangan berpikir untuk mendiamkan persoalan ini. Ayo mahasiswi yang mungkin menjadi korban dosen-dosen nakal yang mengancam mahasiswi untuk sebuah perbaikan nilai.
“Jangan takut, dibelakang kalian ada jutaan masyarakat mendukung membongkar kebobrokan dosen natal bak gatal di kampus ini. Kita maju sama-sama, kita singkirkan penghancur masa depan. Mereka tak pantas hidup enak dan harus di singkirkan secepatnya, agar tak ada lagi korban-korban selanjutnya,” tegas netisen.
Selamat jalan ananda Evia, jalan Mu tak terselami. Namun sang pencipta tahu apa yang kau rasakan. Ribuan bahkan jutaan tetesan air mata kesedihan masyarakat mengantar Mu ke tempat istirahat Mu yang terakhir. Bermimpi indahlah dengan malaikat Tuhan disana. Kami disini akan berjuang, agar tenanglah jiwa Mu disana. Salam Hangat. (rom)




























