Banyaknya Pelayat Duka, di Rumduk Kel. Singal Polii, “Sinyal CLBK Warga Minut”

Oleh: Efraim Maramis Lengkong. (pemerhati sejarah/budaya tonsea)

“sa_aku ika_genang u_reges di_mangkoi-lako, sa_aku melek wo_tumimbang… sayang dai_siapa si-Tanu-niko”.

Kabar duka terhembus seantero tanah Tonsea ta’ kalah mantan bupati Minahasa Utara (Minut) , Sompie Singal mengungah di akun Facebook miliknya, “Selamat Jalan istriku tercinta, Teman hidup dalam suka dan duka”.

Bumi Tonsea kembali berduka. Ketua TP PKK Kabupaten Minahasa Utara periode 2008-2016, Altje Singal-Polii menghembuskan nafas terakhirnya, Selasa (7/5/2024).

Anggota DPRD Minut 2014-2019 itu, meninggal di Ruang ICU RS Prof Kandou Malalayang Manado, sekitar pukul 18:17 Wita.

Tante Ke’, sapaan akrabnya tutup usia 69 tahun 3 hari. Pada 4 Mei 2024 lalu, tiga hari sesudah merayakan ulang tahunnya ke 69.

Sompie Singal, waktu jadi Bupati dan sesudah tidak menjabat, dikenal figur yang paling rajin blusukan baik dalam acara suka terlebih di kedukaan. Semua Rumah Duka (Rumduk) di Kabupaten Minut pasti dikunjungi kecuali beliau berada di luar daerah. Sompie juga dikenal sebagai bupati yang mengkonsep Minut sebagai daerah tujuan wisata dunia.

Kecintaan masyarakat terhadap Drs Sompie F Singal Mba, tergambar jelas disaat ‘tante Ke’ meninggal dunia. Rumah duka di desa Matungkas dipadati pelayat bergantian tak putus-putusnya.
Kematian ‘tante Ke’ membuka kotak pandora, yang menyimpan memori indah antara warga Minut dengan Sompie Singal. Sinyal memori indah mulai bersemi, mengkristal berkembang, menjadi eforia warga Minut bagaikan “Cinta Lama Bersemi Kembali” (CLBK).

Dari beberapa pelayat duka yang hadir berganti ganti, penulis mendapatkan informasi bahwa mereka masih merindukan Drs Sompie F Singal Mba untuk memimpin kembali Tanah Tonsea. Salah seorang mantan kadis mengatakan, “Om kalu komang ini bapak ini nda pernah beking susah pa torang”. “Torang pe hak nda perna dia mo potong”.
Kata mantan kadis dengan logat Manado sambil meneteskan air mata dan di iakan oleh para pelayat yang ada di sekitar itu.

Dalam hati, saya harus mengakui kepimpinan Sompie Singal, disaat memimpin Minut beberapa kali menerima penghargaan dibidang “Manajemen, keuangan, administrasi, kebersihan” “WTP dan Adipura”.

Sisa sisa pembangunan di segala bidang masih terlihat jelas sampai saat ini.
Para “kuli tinta” makmur dalam melakukan promosi daerah. Di era kepemimpinan “Sompie Singal – Julisa Baramuli” tidak pernah terdengar pasangan bupati dan wakil bersebrangan jalan. Wartawan terjamin, tidak ada pilih kasih dalam pembagian dana pers. Di jaman Sompie pula tidak ada, istilah “siapa cepat dia dapat” dalam memperoleh jabatan “ekselon” bagi para PNS.

Fenomena diatas membangunkan warga dari tidur panjang, sadar dari mimpi. Bahwa harapan Minahasa Utara akan menjadi “Kota Satelit” ternyata hanyalah “lost dreams”. mimpi yang hilang. Di jaman Sompie Singal kasus yang membelit ASN masuk dalam pusaran “tindak pidana korupsi” sangat kecil hampir dapat dikatakan tidak ada.

Kecintaan warga Minut kepada Sompie Singal tumbuh dan bersemi kembali. Hal ini terbukti dari banyaknya pelayat duka pada saat kematian mantan ‘first lady’ Minut. Kehadiran mereka untuk memberikan suport dan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan. Juga tidak langsung memberi signal pada sang mantan bupati. Bahwa rakyat Minut butuh sosok seperti Sompie Singal yang punya visi memimpin, merakyat serta memiliki kemampuan birokrasi handal dan penuh keikhlasan memimpin, beretika dan berkepatutan dekat dengan rakyat.

Rest in peace, Altje Singal – Polii, SH MSc, “With a heavy heart, I wish to give my sincere condolences to you and your family.” from: family lengkong sumampouw. (*)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *