Penulis: Efraim Lengkong
Manado, identitasnews.id – Biografi peradaban manusia diiringi dengan kebutuhan, dan uang selalu menjadi bagian tak terpisahkan. Namun, hasrat yang tak terkendali terhadap uang dapat berujung pada kerakusan, ketamakan, dan berbagai praktik koruptif.
Buku karya Jordan Belfort, yang kemudian diadaptasi menjadi film “The Wolf of Wall Street,” menggambarkan bagaimana uang yang diperoleh dengan cara haram dapat merasuki jiwa manusia. Kisah Belfort adalah peringatan tentang bahaya mengejar kekayaan dengan cara yang tidak etis.
Peningkatan Kasus Korupsi di Tingkat Desa yang Mengkhawatirkan
Di Indonesia, fenomena korupsi tidak hanya terjadi di tingkat atas, tetapi juga merambah ke tingkat desa.
Dilansir Kompas.com
Data statistik menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus tindak pidana yang melibatkan kepala desa. Tahun 2023 – 184 kasus, tahun 2024 – 275, dan Januari-Juni 2025 ini sudah ada 489 kasus, (21/11/2025)
Hal ini menunjukkan bahwa godaan uang dapat mempengaruhi siapa saja, bahkan mereka yang seharusnya melayani masyarakat.
Mesin Industri:
Kritik dari Mahfud MD menyebutkan bahwa hukum di Indonesia kerap dijadikan industri. Hukum dibuat sedemikian rupa agar orang yang benar menjadi salah dan yang salah jadi benar.
Fenomena silaunya pusaran uang, mulai dari dana hibah hingga kebijakan fiskal, mengingatkan kita bahwa uang dapat menjadi kekuatan destruktif jika tidak dikendalikan. Kisah Jordan Belfort, kritik terhadap sistem kapitalisme, dan peringatan tentang materialisme adalah cermin yang memantulkan bahaya kerakusan. Ketika manusia kehilangan kendali atas dirinya, uang menjelma menjadi setan yang menguasai pikiran dan menjerumuskan kita ke dalam jurang ketidakadilan. Oleh karena itu, kita harus berjuang untuk membangun masyarakat yang lebih adil, di mana nilai-nilai kemanusiaan lebih diutamakan daripada kekayaan materi. Bagaimana kita bisa melawan godaan uang dan membangun masyarakat yang lebih adil?
Almarhum Dr. Michael Barama SH, MH (alm), dosen senior Fakultas Hukum Unsrat pernah mengatakan Roti siapa saya makan, pikirannya (kehendaknya) ku turuti.
Kritik tajam tersebut merujuk pada putusan hakim yang berkaitan dengan uang.
Dr. Ahmad Riawan Amin MSc (67), Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia (1999–2009), pernah menulis Satanic Finance: True Conspiracies (2007) sebagai kritik tajam terhadap sistem kapitalisme global.
Ridwan menggambarkan bagaimana uang bekerja seperti setan, menjerat manusia melalui sistem keuangan yang rakus dan penuh tipu daya.
Dr. Ahmad Sakr (1938-2015) — akademisi Arab-Lebanon, lulusan Illinois, USA, Pendiri Muslim Students’ Association (MSA) di Amerika, dalam perspektif teologi materialisme, mengulas bagaimana uang adalah berhala modern dalam kehidupan seluruh umat manusia.
Ketika uang menjadi idola maka uang akan menjelma menjadi setan yang menguasai pikiran, menggerakkan sistem, dan menjerumuskan manusia ke dalam jurang materialisme.
Dengan kata lain, uang dalam biografi setan adalah cermin spiritual yang memperingatkan kita bahwa rakus tamak menipu menumpuk dan haus akan harta bukan sekadar kelemahan moral, melainkan jalan menuju perbudakan uang yang berujung pada pungli, suap dan korupsi. (red)




























