PERAN GEREJA DALAM MEMPERJUANGKAN KEADILAN

DI SUATU PAGI, di hari minggu “medio” tahun 2025, seorang anak Generasi Alfa (anak yang lahir dari generasi baru, yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang pesat), bertanya kepada seorang tua dari (Generasi Baby Boomers II) Yang diketahui Ketua Kelompok Pelayanan Lansia (KPL) di salah satu jemaat.

“Opa, kyapa kita ada baca di medsos itu “derma gereja buat pelayanan Tuhan dorang ada pancuri” ?, tanya si anak dengan logat Manado.

Sontak Sang Ketua KPL, kaget dan gugup, sambil menukas: “Bukang pancuri Andin” (nama anak), cuma dorang salah taruh tampa.“

Oh bagitu dang Opa, kong kiapa dang itu ketua polisi so loku ?“ desaknya.

Hei anak,…”polisi ndak tangka ee”, cuma ada suruh istirahat karna so lelah, kong mo tanya akang ada taruh di mana tu derma Tuhan,“ jawab si Ketua KPL kebingungan.

Anak itu menatap dengan mengerutkan alis di dahinya sembari berujar: “Oh io kang Opa so lelah stow katu’ dorang ada ba reken doi pe banya”.

“Mar Opa, “mintol” bilang akang kwa pa pendeta deng pelsus, itu derma Tuhan jangan sembarangan taruh”.

“Hele celengan di gereja leng kali jaga ilang,“ kote Opa !!!. “Ahh segala rupa jo ngana Andin”, kata Opa dengan nada sedikit emosi.

“Iihh Opa betul, tu hari kwa kita dapa tugas menari Rebana di gereja. Pe “kluar gereja nda langsung pulang ada singgah di Toilet saki Puru, kong kita ada dengar no itu Pelsus ada baku tanya mana itu amplop yang bapak bos ada taruh di kotak.

Kong Opa tau so ilang kata pungkas Andin sambil berlalu menuju pos kantin gereja, yang terletak di jalan depan gereja. tempat meminta minta “sedekah” untuk pembangunan gereja dari setiap kendaraan yang lewat.

Di kantin Andin bertemu dengan Yosua dari generasi milenial, Ka’ kiapa samua oto dorang kase stop kong suru isi doi di blek”..? tanya Andin kepada Yosua.

Yaa salah-salah, ka’ sebetulnya so malo, minta minta doi mar ketua jemaat so putus di Sidang. “Andin kira ley Ka’ nda so malo teman-teman jaga bilang, heii Yosua so bole do, so 6 bulan itu pos kantin… “Riki so tako mo lewat pa ngoni pe kampung”.

Kong ka’ kyapa ley tu ibu diaken jaga ba taria “Banyak memberi, banyak berkat, tidak memberi, tidak apa-apa”.
Yaa de’ dorang kwa ada target per kolom, kata Yosua, takut salah.

Bukan kebetulan, pembicaraan antara Opa dengan Andin, Yosua dan Andin merupakan rangkaian “Teologi harapan” dari perspektif anak – anak gen Alfa dan gen Z yang mengharapkan perubahan.

Termasuk harapan adanya “estalogi” tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman dari sudut pandang Kekristenan, berdasarkan Alkitab

Hal itu mengingat pada krisis teologi di gereja-gereja di Jerman di era teolog Carl Schmitt dan Jürgen Moltmann.
Krisis teologi di gereja-gereja Jerman pada era Schmitt dan Moltmann menyoroti kompleksitas hubungan antara agama dan politik, serta peran gereja dalam masyarakat yang berubah.

Perdebatan antara Schmitt dan Moltmann mencerminkan ketegangan antara otoritas negara dan keadilan sosial, dan mendorong gereja untuk merefleksikan peran dan tanggung jawabnya dalam dunia

Meski beda modus dan “Prasisnya”, menggambarkan prinsip dari tuntutan nyata dari kehidupan sehari-hari, Jemaat GMIM atas musibah politik teologi umat Kristen khususnya, relevan dengan “refleksi awam” dalam konteks ini merujuk pada pemikiran, pandangan, atau evaluasi yang dilakukan oleh orang awam atau dari banyaknya Andin-Andin lainnya (bukan ahli atau profesional) terhadap gambaran fenomena
yang terjadi saat ini.

Meskipun tidak secara spesifik terkait istilah “Politik Diaken”, konsep-konsep isinya relevan dengan topik martabat manusia dan keadilan sosial.

Sebagai teolog Kristen Jerman yang kondang dengan teologi pembebasan dan teologi harapan, dalam konteks politik, Moltmann mengembangkan konsep “Politik Diaken” yang menekankan pentingnya peran gereja dalam memperjuangkan keadilan sosial dan membela hak-hak kaum marginal.

Menurut Moltmann, Politik Diaken adalah suatu bentuk partisipasi gereja dalam perjuangan politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, setara, partisipatif dan sangat egaliter.

Ia juga menekankan pentingnya peran kaum awam — seperti Andin -Andin — dalam Politik Diaken, serta perlunya kerja sama antara gereja dan organisasi sosial lainnya dalam memperjuangkan keadilan sosial.

Teologi Moltmann sangat menekankan konsep Kerajaan Allah yang di dalamnya Allah memerintah dengan kasih dan keadilan.

Dengan demikian, menurut Moltmann, Politik Diaken adalah suatu bentuk komitmen gereja untuk memperjuangkan keadilan sosial dan membela hak-hak kaum marginal, serta menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.

la pun menekankan perlunya kritik terhadap struktur kekuasaan yang tidak adil dan
penindasan, serta pentingnya memperjuangkan hak-hak asasi manusia dan martabat manusia.(*)

-Penulis Efraim (evergreen) Lengkong. diambil dari beberapa sumber📚 📘📚




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *