catatan, efraim lengkong pemerhati sosial politik.

“Keadilan, kesejahteraan dan perdamaian yang dikodratkan oleh sang Khalik, sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini tidak pernah tercapai tanpa peran serta perempuan.
Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Kejadian 2:18 TB
Lalu berkata lah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Kejadian 2:23 TB
Hari ini, 22 Desember 2023, Indonesia memperingati Hari Ibu ke-95. Peringatan Hari Ibu bukan saja peringatan untuk mengucapkan terima kasih atas jasa ibu yang begitu istimewa bagi anak temurun nya, tetapi lebih dari itu, untuk mendorong semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas agar dapat memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan.
Catatan-catatan emas tentang rekam jejak perempuan perempuan Minahasa seperti Maria Maramis (nyonya Walanda) dan beberapa perempuan orang MinahasaMinahasa lainnya telah mempromosikan kesetaraan gender dan peningkatan pendidikan dan perlindungan terhadap perempuan, ‘jauh sebelum RA Kartini’
Peringatan hari ibu (PHI) ke-95 Tahun 2023 bertepatan dengan periode politik persiapan pesta demokrasi 2024.
Hal ini tentu saja akan menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan wawasan, kesadaran, dan sikap positif perempuan Indonesia tentang peran strategis perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilu 2024.
Kodrat perempuan, merupakan perantara kesinambungan bagi kesinambungan manusia, ‘mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya’.
Keasalan orang Minahasa tidak lepas dari cerita “Lumimuut” dan sang dewi khayangan “Karema” Dimana Lumimuut, dan keturunannya telah mengantar dan mengajarkan cara bertani dan berdagang, budaya ‘mapalus’ termasuk berperang untuk menjaga wilayahnya dari para perompak.
HRI ke- 95, 22 Desember 2023 menjadi perenungan bagi kita bahwa saatnya bagi perempuan-perempuan di tanah Toar-Lumimuut untuk menjadi pemimpin baik di “Legislatif maupun Eksekutif” termasuk menjadi Ketua Sinode GMIM, hal mana di ketahui para pendetanya terbanyak dari kaum ‘hawa’. (SEMOGA).





























