“TERUS MELAJU UNTUK INDONESIA MAJU”

Besar harapan emak – emak ‘kekasih jiwa’ yang dipinang rakyat mampu menggiring anak cucu mereka sampai di pintu ‘bonus demografi’ tahun 2030 – 2040.

 

Penulis: efraim lengkong,
(Pemerhati sosial budaya)

 

Di Suatu senja, di musim yang lalu_Ketika itu hujan rintik
Terpukau aku menatap wajahmu_Di remang cahaya sinar pelangi…

Dengan mengusap titik air mata_Engkau bisikkan deritamu_Tersentuh hati dalam keharuan_Setelah tahu apa yang terjadi_Sekian lamanya engkau hidup seorang diri_Ku ingin membalut luka hatimu…

Rintihan syair dan lagu ‘widuri’ terdengar mendayu_dayu, memelas hati penuh harapan.

DIPILIHNYA Tema Hari Ulang Tahun (HUT) ke -78 Republik Indonesia (RI) 2023 ‘Terus Melaju Untuk Indonesia Maju’ diambil berdasarkan pencapaian Indonesia menjadikan posisi bangsa ini menguntungkan dalam melanjutkan gerakan pembangunan Negara dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi yang tidak lama lagi akan berakhir.

Aksi nyata yang progresif itu jangan sampai berhenti dan perlu ada atlet baru untuk melanjutkan pembangunan dengan semangat ‘estafet’.
selayaknya olahraga estafet,

HUT RI tahun ini merefleksikan semangat kolektif, ber harmoni, berkolaborasi serta sinkronisasi irama energi gerak untuk satu tujuan agar bangsa Indonesia “Laju Terus Melaju untuk Indonesia Maju”.

Seperti apa yang dikatakan Sekretaris Kementerian Negara, Drs Setya Utama, MS.i pada Senin (31/7/2023) lalu, bahwa tema perayaan pada tahun ini mempunyai gambaran mengenai semangat bangsa Indonesia.

“Perayaan HUT – RI tahun ini tidak hanya berlangsung di kompleks Istana Kepresidenan saja namun juga di tempat-tempat lainnya.
“Tahun ini perayaan bisa dilaksanakan dengan lebih leluasa dan semarak”.

Lepas dari eforia bulan Agustus dimana bangsa Indonesia mengejawantahkan kemerdekaan dengan meriah dan diisi dengan bermacam-macam kegiatan lomba gerak jalan/lomba lampion, lomba masak, panjat pinang, musik dan lain-lain, ada satu lomba yang paling menarik untuk disimak yaitu ‘lomba lari estafet’.

Tak terbantahkan bahwa dalam memperingati HUT-RI ke 78 tahun 2023 bertambah semarak dengan hadirnya para atlet politik yang akan berlomba.

Bermacam-macam sajian digelar, mulai dari bersih-bersih kampung, pasar murah, pembagian sembako, pengobatan gratis, kaca baca gratis, uang jalan/jajan, lomba ‘line dance’ dari grup – grup lansia diakhiri dengan pesan – pesan jitu “Om-tante, Opa-oma jangan lupa pilih aku.

Dari sekian banyak atlet lari politik di daerah ada yang paling ‘the best’ untuk ditonton yaitu hadir nya 3 atlet pelari estafet nasional yang akan berlomba untuk meraih tongkat estafet.

Yang 1 mewakili petugas partai, yang ke – 2 mewakili Indonesia Raya dan yang ke – 3 mewakili Pembaharuan, uniknya yang jadi wasit dan penentu adalah rakyat Indonesia.

“Terus Melaju Untuk Indonesia Maju” sebagai mana Tema HUT ke -78 RI tahun 2023 sukses tidaknya tergantung rakyat Indonesia dalam menentukan siapa yang paling tepat untuk melanjutkan tongkat estafet dan menjadikan bangsa ini bebas dari korupsi.

Pemegang tongkat estafet baru diharapkan mampu membalut luka rakyat agar tidak terdengar tangisan dan keluhan rakyat yang kehilangan tanah, ulah dari mafia tanah, anak yang dijual karena miskin, anak berprestasi tidak mampu masuk Perguruan Tinggi, emak-emak yang kesulitan mencari gas elpiji, rakyat kecil yang menangis dalam mencari hak-hak, mereka harus menjual kebun/rumah untuk biaya perkara.
Sistem buka tutup perkara ibarat ‘pintu air’ yang harusnya dibuka ditutup, yang pantas ditutup dibuka.
Mahalnya mencari keadilan di “pengadilan” turut menghiasi umbul-umbul dan kelap kelipnya lampion HUT ke 78 (RI).

Dengan semangat “Terus Malaju Untuk Indonesia Maju”, para ema-emak dan rakyat kecil mengharapkan kedatangan sang kekasih jiwa untuk ‘membalut luka’ dan membuat mereka tersenyum bagai rembulan.
Besar pula harapan emak -emak sang ‘kekasih jiwa’ yang dipinang rakyat mampu menggiring anak cucu mereka sampai di pintu ‘bonus demografi’ tahun 2030 – 2040.

Dalam memilih kekasih jiwa kita diajak realistis dalam berpikir untuk memilah dan memilih dan berani membuang prinsip atau ‘ideologi kefanatikan’ yang dinilai tidak relevan.

Pilihlah pemimpin yang berani tegas mampu melindungi dan membalut luka rakyat. Agar bangsa ini terhindar dari “ujaran kebencian/penistaan agama/intoleransi/premanisme dan terorisme sebagai mana yang kita pernah nikmati di jaman orde baru.
Ada pribahasa kuno yang berbunyi “salah pilih, derita menanti”.

Kembalikan si ‘Macam Asia’ bermandikan susu dengan tidak memilih calon pemegang tongkat estafet yang “mengindahkan luka diatas luka” demi kepentingan “pribadi, partai, korporasi dan kerabat” sekutunya.

Dirgahayu Indonesia Ke -78
“Terus Malaju Untuk Indonesia Maju”.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *