PELANGI CINTA DAN PENGABDIAN MENGHIAS TANAH TONSEA

3 TAHUN KEPEMIMPINAN JGKWL

Catatan, Efraim Lengkong (Kabid Hukum dan Advokasi JPM SULUT, Jejaring BPIP-RI)

26 Februari 2024 merupakan hari, tanggal dan tahun dimana Kabupaten Minahasa Utara genap 3 tahun di bawah kepemimpinan Bupati Joune Ganda dan Wakil Kevin Lotulung.

Sejak dilantik Jumat 26 Februari 2021, Bupati pilihan rakyat Minahasa Utara ke 4 ini, ibarat pengantin baru yang harus menata memperbaiki, bangunan induk warisan orang tua yang hampir runtuh”, termasuk mengisi peralatan rumah tangga dan perabotan yang sudah rusak.

Pasangan bupati dan wakil ini pun, tak lepas dari pandemi covid 19 yang sementara melanda dunia termasuk di Kabupaten Minahasa Utara.
“Raibnya dana covid” menjadi pelengkap penderita.

Rencana Tuhan indah pada waktunya, Dia memberikan seorang pemimpin Penatua Joune J.E. Ganda, S.E.,M.A.P,M.M,M.Si yang mampu memberikan “Rasa Keadilan dan berkepatutan bagi rakyat Minahasa Utara.

Tuhan menghadirkan seorang ‘entrepreneur’ yang mampu menciptakan bisnis baru dan berani menanggung risiko dalam memimpin “Tou Tonsea”.

Tak’ terbantahkan pengabdian selama 1095 hari dari Bupati Joune Ganda, telah banyak meraih prestasi yang membanggakan.

Budaya gotong royong di tanah Tonsea yang tadinya mengalami ‘degradasi’
Dalam ‘tempo’ 3 tahun, kepemimpinan Joune Ganda mampu menghidupkan kembali budaya gotong royong dan menjadi fondasi yang kuat dalam membangun.

Semangat gotong-royong yang digalakkan Sang Bupati menjadi ‘katalisator’ penambah ‘speed’ peningkatkan pertumbuhan benih perubahan yang sudah ditanamkan.

Dalam pantauan penulis tergambar, ‘rill, aktual’, wujud pembangunan di Minahasa Utara. Tidak sekedar membangun infrastruktur fisik saja, tapi pembangunan berjalan ‘linier’ menuju pada pembentukan fondasi kehidupan yang lebih baik khusus di tanah Tonsea.

Pembangunan di sektor pendidikan, penguatan peran agama, pembinaan dan pengembangan hingga peningkatkan akses layanan kesehatan

Komitmen ‘Inklusif’ dari Bupati Minahasa Utara Joune Ganda untuk melibatkan semua orang dari berbagai kelompok tanpa ada yang ditinggalkan, memberi harapan baru bagi rakyat yang dipimpinnya.

Dimana gotong royong bukan hanya ‘slogan’ tapi sebuah semangat yang hidup di setiap, pijakan tanah di Minahasa Utara untuk bersama membangun,
merawat, karena pembangunan bukan hanya milik pemerintah tapi milik segenap rakyat Minahasa Utara.

‘Marwah’ gotong royong memancarkan signal, yang dimaknai, Ini ‘bukanlah tentang pencapaian, tapi ini tentang pengabdian’.

SEHAT SELALU BUPATI KU, LANJUTKAN TUGAS MU. #WE LOVE YOU.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *